KONSEP
SEHAT
Sehat
(Health) secara umum dapat dipahami sebagai kesejahteraan secara penuh
(keadaan yang sempurna) baik secara fisik, mental, maupun sosial, tidak hanya
terbebas dari penyakit atau keadaan lemah. Sedangkan di Indonesia, UU Kesehatan
No. 23/ 1992 menyatakan bahwa sehat adalah suatu keadaan sehat secara fisik,
mental, dan sosial dimana memungkinkan setiap manusia untuk hidup produktif
baik secara sosial maupun ekonomis. World Health Organization (WHO,
2001),menyatakan bahwa kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan
yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk
mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan
menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya. Dengan
kesehatan mental yang baik, individu akan dapat tampil optimal sesuai
kapasitasnya serta produktif, yang pada gilirannya akan menunjang pada
terciptanya masyarakat yang maju. Sebaliknya bila kesehatan mental seseorang
rendah, orang akan sangat menderita, kualitas hidupnya buruk, bahkan hingga
menyebabkan kematian.
SEJARAH KESEHATAN MENTAL
Sejarah
Kesehatan Mental berkembang seiring dengan adanya revolusi pemahaman masyarakat
mengenai mental yang sehat dan cara-cara penanganannya, terutama di masyarakat
barat. Adapun tahap-tahapan perkembangan sejarah kesehatan mental, yaitu:
TAHAP DEMONOLOGI (sebelum abad
pertengahan)
Kesehatan mental dikaitkan dengan
kekuatan gaib, kekuatan spiritual, setan dan makhluk halus, ilmu sihir, dan
sejenisnya. Gangguan mental terjadi akibat kegiatan yang menentang kekuatan
gaib tersebut. Sehingga bentuk penanganannya, tidak ilmiah dan kurang
manusiawi, seperti: upacara ritual, penyiksaan atau perlakuan tertentu terhadap
penderita dengan maksud mengusir roh jahat dari dalam tubuh penderita.
TAHAP PENGENALAN MEDIS (4 abad SM – abad
ke-6 M)
Mulai 4 abad SM muncul tokoh-tokoh bidang medis
(Yunani):
Hipocrates, Hirophilus,
Galenus, Vesalius, Paracelsus, dan Cornelius Agrippa, mulai menggunakan konsep
biologis yang penanganannya lebih manusiawi. Gangguan mental disebabkan gangguan
biologis atau kondisi biologis seseorang, bukan akibat roh jahat. Mendapat
pertentangan keras dari aliran yang meyakini adanya roh jahat.
TAHAP
SAKIT MENTAL DAN REVOLUSI KESEHATAN MENTAL
Mulai muncul pada abad
ke-17: Renaissance (revolusi Prancis), dengan tokohnya: Phillipe Pinel.
Mengutamakan: persamaan, kebebasan, dan persaudaraan dalam penanganan pasien
gangguan mental di rumah sakit secara manusiawi. Terjadi perubahan dalam:
pemikiran mengenai penyebab gangguan mental dan cara penanganan dan upaya
penyembuhan. Tokoh-tokoh lain yang mendukung adalah :
a. William Tuke (abad
18), di Inggris: perlakuan moral pasien asylum
a. Benjamin Rush
(1745-1813), di Amerika Serikat: merupakan bapak kedokteran jiwa Amerika
b. Emil Kraepelin
(1855-1926), di Jerman: menyusun klasifikasi gangguan mental pertama
c. Dorothea Dix
(1802-1887), di Amerika: mengajar dan memberikan bantuan kemanusiaan kepada
masyarakat miskin dan komunitas perempuan di penjara
d. Clifford Beers (1876-1943),
di Amerika: pengusaha yang mendirikan gerakan kesehatan mental di Amerika.
TAHAP
PENGENALAN FAKTOR PSIKOLOGIS (Abad ke-20)
Merupakan Revolusi
Kesehatan Mental ke-2: munculnya pendekatan psikologis (Psikoanalisa) yang
mempelopori penanganan penderita gangguan mental secara medis dan psikologis.
Tokoh utamanya adalah Sigmund Freud, yang melakukan: penanganan hipnose,
katarsis, asosiasi bebas, analisis mimpi. Tujuannya adalah mengatasi masalah
mental individu dengan menggali konflik intrapsikis penderita gangguan mental.
Intervensi tersebut dikenal dengan istilah penanganan klinis (psikoterapi).
TAHAP
MULTIFAKTORIAL
Mulai berkembang
setelah Perang Dunia II. Kesehatan mental dipandang tidak hanya dari segi
psikologis dan medis, tetapi melibatkan faktor interpersonal, keluarga,
masyarakat, dan hubungan sosial. Interaksi semua faktor tersebut diyakini
mempengaruhi kesehatan mental individu dan masyarakat. Merupakan Revolusi ke-3
Gerakan Kesehatan Mental dengan tokohnya: Whittingham Beers (buku ”A Mind
That Found Itself”), William James, dan Adolf Meyer. Menurut pandangan ini,
penanganan penderita gangguan mental, lebih baik dilakukan sejak tahap
pencegahannya, yaitu:
a. pengembangan
perbaikan dalam perawatan dan terapi terhadap penderita gangguan mental
b. penyebaran informasi
yang mengarah pada sikap inteligen dan humanis pada penderita gangguan mental
c. mengadakan riset
terkait
d. mengembangkan
praktik pencegahan gangguan mental.
Adapun organisasi
terkait yang berkembang, antara lain: Society for Improvement The Condition
of The Insane (London-1842) dan American Social Hygiene Association (AS-1900).
TEORI KEPRIBADIAN SEHAT
A. PSIKOANALISA
Pendekatan yang meyakini bahwa interaksi individu pada
awal kehidupannya serta konflik intrapsikis yang terjadi akan mempengaruhi
perkembangan kesehatan mental seseorang. Faktor Epigenetik mempelajari
kematangan psikologis seseorang yang berkembang seiring pertumbuhan fisik dalam
tahap-tahap perkembangan individu, juga merupakan faktor penentu kesehatan mental
individu. Teori Psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis dapat
dipandang sebagai teknik terapi dan sebagai aliran psikologi. Sebagai aliran
psikologi, sikoanalisis banyak berbicara mengenai kepribadian, khususnya dari
segi struktur, dinamika, dan perkembangannya.
Tingkat
Kehidupan Mental
- Alama tidak sadar
Alam tidak
sadar menjadi tempat bagi segala dorongan, desakan, maupun insting yang tidak
kita sadari tetapi ternyata mendorong perkataan, perasaan, dan tindakan kita.
Alam tidak sadar merupakan penjelasan dari makna yang ada di balik mimpi,
kesalahan ucap, dan berbagai jenis lupa yang dikenal sebagai represi.
- Alam bawah sadar
Alam bawah
sadar memuat semua elemen yang tidak disadari, tetapi bisa muncul dalam
kesadaran dengan cepat atau agak sukar (Freud,1933/1964). Isi dari alam bawah
sadar datang dari 2 sumber, yaitu persepsi sadar dan alam tidak sadar.
- Alam sadar
Alam sadar
didefinisikan sebagai elemen-elemen mental yang setiap saat berada dalam
kesadaran. Isi alam sadar datang dari 2 sumber, yaitu kesadaran perseptual dan
struktur mental.
Wilayah
Pikiran
- Ego
Ego bisa
menembus berbagai tingkat topografis dan memiliki komponen alam sadar, alam
bawah sadar, dan alam tidak sadar. Ego adalah satu-satunya wilayah pikiran yang
memiliki kontak dengan realita yang berperan dalam pengambilan keputusan dari
kepribadian. Ego dikendalikan oleh prinsip kenyataan.
- Id
Id berada di
alam bawah sadar. Id tidak ada kontak dengan dunia nyata, tetapi selalu
berupaya untuk meredam ketegangan dengan cara memuaskan hasrat-hasrat dasar. Id
dikendalikan oleh prinsip kenyataan. Id beroperasi berdasarkan proses pertama
(primary process), dan proses sekunder (secondary process).
- Superego
Superego
berada pada alam bawah sadar dan alam tidak sadar. Superego mewakili aspek
moral dan ideal dari kepribadian serta dikendalikan oleh prinsip moralistis dan
idealis. Suerego memiliki 2 subsistem, yaitu suara hati dan ego ideal.
Keperibadian yang normal (sehat) :
-
Kepribadian yang sehat menurut Freud adalah jika
individu bergerak menurut pola perkembangan
yang ilmiah.
-
Hasil dari belajar dalam mengatasi tekanan dan
kecemasan.
-
Kesehatan mental yang baik adalah hasil dari
keseimbangan antara kinerja super ego
terhadap id dan ego. Prayitno
(1998:42)
B. BEHAVIORISTIK
Pendekatan yang meyakini Proses pembelajaran dan
Proses belajar sosial akan mempengaruhi kepribadian seseorang. Kesalahan
individu dalam proses pembelajaran dan belajar sosial akan mengakibatkan
gangguan mental. Paradigma yang dipakai untuk membangun teori behavioristik
adalah bahwa tingkah laku manusia itu fungsi stimulus, artinya determinan
tingkah laku tidak berada di dalam diri manusia tetapi bearada di lingkungan
(Alwisol,2005 : 7). Pavlov, Skinner, dan Watson dalam berbagai eksperimen mencoba
menunjukkan betapa besarnya pengaruh lingkungan terhadap tingkah laku. Semua
tingkah laku termasuk tingkah laku yang tidak dikehendaki, menurut mereka,
diperoleh melalui belajar dari lingkungan.
C. HUMANISTIK
Perilaku individu dipengaruhi oleh hirarkhi kebutuhan
yang dimiliki. Selain itu, individu diyakini memiliki kemampuan memahami
potensi dirinya dan berkembang untuk mencapai aktualisasi diri. Terdapat salah
satu tokoh humanistik yang mengemukakan teori mengenai :
Teori Kepribadian Matang – Model Allport
Menurut Allport,
individu-individu yang sehat dikatakan mempunyai fungsi yang baik pada tingkat
rasional dan sadar. Menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing
mereka dan dapat mengontrol kekuatan-kekuatan itu juga. Kepribadian yang matang
tidak dikontrol oleh trauma-trauma dan konflik-konflik masa kanak-kanak.
Pandangan orang sehat adalah ke depan, kepada peristiwa-peristiwa kontemporer dan
peristiwa-peristiwa yang akan datang, dan tidak mundur kembali kepada
peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak. Orang yang matang dan sehat juga akan
terus menerus membutuhkan motif-motif kekuatan dan daya hidup yang cukup untuk
menghabiskan energi-energinya.
Kriteria Kepribadian Yang
Matang
Tujuh kriteria kematangan ini merupakan
pandangan-pandangan Allport tentang sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat.
1.
Perluasan
Perasaan Diri
2. Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain
3. Keamanan
Emosional
4. Persepsi Realistis
5. Keterampilan-keterampilan dan Tugas-tugas
6. Pemahaman Diri
7. Filsafat Hidup yang Mempersatukan
Adapun pokok-pokok teori psikologi humanistik yang
dikembangkan oleh Maslow adalah sebagai berikut
(Koeswara, 2001 :112-
118 dan Alwisol 2005 : 252-270)
1.Prinsip holistik
2.Individu sebgai penentu bagi tingkah laku dan
pengalamannya sendiri.
3.Manusia tidak pernah diam
4.Individu sebagai keseluruhan yang integral, khas,
dan terorganisasi
5.Manusia pada dasarnya memiliki pembawaan yang baik
6.Manusia memiliki potensi kreatif
7.Selft-fulfillment
8.Manusia memiliki bermacam kebutuhan
Referensi
Feist,Jess.,Gregory J.Feist. (2013). Theories of
Personality, 7th ed. Salemba Humanika: Jakarta
fakhrurrozi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/24029/KesMen.ppt
wardalisa.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/26403/Materi%2B08%2B-%2BTeoriKepribadianAllport.pdf
ebekunt.files.wordpress.com/2009/11/psikologi-kepribadian.pdf