Sabtu, 25 Januari 2014

Psikologi dan Internet Dalam Lingkup Transpersonal


Dampak Sosial dari Interaksi Manusia dan Internet

Internet  bukanlah hal yang asing bagi manusia karena internet begitu lekat dengan keseharian kita, dan penggunanya mulai dari kalangan anak-anak sampai orang dewasa, dari hanya sekedar punya akun twitter, facebook, berlanjut ke game online, email, browsing untuk tugas atau hal lain, download segala macem, hingga sampai jual beli online melalui iklan yang dipasang pada blog atau web resmi-nya. Selain itu dengan semakin berkembangnya internet.. beberapa perguruan tinggi ada yang menerapkan pola pengajarannya cukup melalui virtual class dimana tidak ada pertemuan rutin antar dosen dengan para mahasiswanya, sehingga setiap materi kuliah beserta kuis maupun tugas, cukup dengan membuka web resminya saja, sangat mudah bukan.. mahasiswa dapat mengerjakan kuis maupun tugas dimana pun Ia berada dengan handphone atau gadget-nya. 

Tidak hanya itu.. internet memberikan kita begitu banyak informasi yang tidak terbatas karena itu dengan adanya internet pula kita jadi tau tentang fashion yang lagi hits banget tahun ini, atau mungkin info yang ter-update di kalangan remaja. Pernahkah kawan-kawan dengar istilah Cabe-cabean?? Pastinya.. karena saya sendiri aja sering banget denger kata-kata tersebut.. awalnya sih saya engga tau, karna penasaran akhirnya saya coba googling dan ternyata kata-kata tersebut berkonotasi negatif. Sedikit mau curcol nih...hehee beberapa hari setelah itu saya mendengar percakapan anak-anak SMP yang se-angkot dengan saya, intinya sih masing-masing dari mereka nanya ke temannya, saat di rumah manggil ibu dengan panggilan apa?? Ada yang  jawab ibu, nyokap, dan yang terakhir ini yang paling buat saya kaget yaa walaupun yang jawab bukan dianya sendiri tpi justru temannya yang menjawab “klo dia mah manggil ibunya cabe” jawabnya dengan singkat. Serius lohh?? Tanya beberapa temannya yang merasa kaget. “Seriusan gue, waktu gue ke rumahnya dia manggil nyokapnya cabe trus nyokapnya malah nanggepin santai aja malah di jawab iya cabe-cabean”. Agak miris menurut saya sebab walaupun internet menyediakan informasi yang tak terbatas dari yang tadinya tidak tau istilah tersebut hingga setelah browsing menjadi tau makna istilah tersebut, tapi sangat disayangkan bila istilah atau informasi ter-update dikalangan remaja digunakan dalam becandaan keseharian mereka yang mungkin berawal dari hanya sekedar ikut-ikutan teman, ini terlepas dari tau atau tidaknya mereka (anak SMP tersebut) mengenai arti dari istilah tersebut yang berkonotasi negatif. Memang dengan adanya internet, memberi kemudahan pada manusia dan membuat segalanya terasa lebih praktis dimana jarak dan waktu bukanlah penghalang dalam penyebaran informasi, berkomunikasi, dan transaksi dari berbagai penjuru. 

Tapi tahukah kawan?? adapun dampak lainnya yang ditimbulkan dari interaksi manusia dengan internet. Pernah kah kawan-kawan mendengar yang namanya Internet Addiction Disorder (IAD)?? Bagi yang baru tau istilah tersebut termasuk saya.. yukk kita bahas bersama, apakah Internet Addiction Disorder (IAD) itu ?? Internet Addiction Disorder (IAD) atau gangguan kecanduan internet meliputi segala hal yang berkaitan dengan internet seperti game online, jejaring sosial, pornografi, chatting dan yang lainnya. Kecanduan internet...seketika yang terlintas dalam pikiran saya ini lebih mengarah pada intensitas waktu yang digunakan yang melebihi batas orang normal. Jenis gangguan ini memang tidak tercantum pada manual diagnostik dan statistik gangguan mental, atau yang biasa disebut dengan DSM, namun secara bentuk dikatakan dekat dengan bentuk kecanduan akibat judi, selain itu badan himpunan psikolog di Amerika Serikat secara formal menyebutkan bahwa kecanduan ini termasuk dalam salah satu bentuk gangguan. Mereka yang kecanduan internet rela menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat misalnya bermain game online selama 24 jam, berselancar di sosial media berjam-jam nonstop. Seperti kasus berikut ini: Di Amerika seseorang harus tidak lulus karena tidak pernah menghadiri kelas, setelah dicari penyebabnya ternyata Ia tidak masuk kelas disebabkan kecanduan internet. Sedangkan kasus di dalam Negeri sendiri adalah seorang gadis berusia 12 tahun kabur dari rumah selama 2 minggu, selama itu pula gadis tersebut mengaku tinggal disebuah warnet dan bermain game online (sumber: Media Indonesia)

Menurut Dr. Ronald Pies, profesor psikiatri SUNYUpstate Medical University, New York bahwa “kebanyakan orang yang mengalami kecanduan internet adalah mereka yang mengalami depresi berat, kecemasan, atau orang yang tidak bisa bersosialisasi sehingga mereka sulit bertemu muka dengan orang lain secara langsung”.

Kesimpulannya, menurut saya internet itu seperti sebuah koin. Kenapa koin?? Koin itu kan mempunya dua sisi mata uang yang kedua sisinya saling bertolak belakang namun saling berdampingan, begitu juga halnya dengan internet.. internet punya dua sisi, sisi positif dan sisi negatif dan keduanya saling berdampingan juga kan. Nah.. ribetnya itu klo negatifnya jadi tergantung pada individu masing-masing bagaimana menyikapi dan menjaga diri ini agar dalam menggunakan internet tetap dalam batas yang sewajarnya dan gunakanlah untuk hal-hal yang bermanfaat saja. Jadi ambil sisi positifnya aja yaaa…:)
Sumber:
http://ruangpsikologi.com/gangguan-kecanduan-internet


Kunjungi link berikut ini, untuk selengkapnya :





Jumat, 24 Januari 2014

Resensi Buku


Identitas Buku
Judul buku : MINDER ITU NIKMAT, LHO...
Penulis : Laura Khalida
Penerbit : Doyanbaca Publishing
Tahun Terbit : 2006
Jumlah Halaman : 120
Ringkasan:
Dalam buku ini, penulis membeberkan mengenai pengalaman pribadinya akan kegelisahan yang dialaminya sejak SMP hingga lulus kuliah  yang disebabkan oleh virus minder. Keminderan yang tadinya berawal dari satu hal berubah menjadi banyak hal. Ketika SMP gara-gara virus minder ini, penulis sampai tidak berani bertanya di kelas, “Gimana kalo jawabannya ternyata gampang banget?”, “gimana kalo gue diketawain temen sekelas karena gitu aja nggak tau?”, “gimana kalo guru juga bengong (maksudnya ini murid lemot amat yak? Gitu aja ditanyain)” itu baru beberapa alasan karena masih seambrek  alasan lainnya yang membuat penulis takut bertanya di kelas. 
Berlanjut ketika SMA, jamannya SMA biasanya  mulai deh yang namanya besukaan sama lawan jenis sayangnya virus minder ini masih bersarang di diri penulis bahkan justru semakin parah. Gara-gara virus minder ini penulis jadi membatasi lingkup pergaulannya, praktis temennya hanya itu-itu saja. “Gue saat itu iriii banget karena cowok yang suka sama gue cuma bisa diitung dengan sebelah tangan, terkadang gue mikir mana ada cowok ganteng  yang mau ngelirik gue?? Habissnya tubuh gue gendutan sihh” dan yang lebih parahnya lagi penulis pernah menghujat Tuhan, “kenapa sih gue nggak mati aja sejak lahir? Kan gue udah di surga dan nggak mengalami keminderan ini”.
Saat kuliah pun, virus ini masih saja mendarah daging dalam diri penulis. Bisa dibayangkan saat itu penulis menjadi mahasiswi yang kuper dan sibuk mikirin kekurangan dirinya. Bahkan sampai lulus kuliah, cari kerjaan bener-bener susah penulis sampai nganggur selama 3 tahun, virus ini sudah sampai stadium akut. Penulis sampai-sampai mengalami stress dan menjadi pribadi yang sensitif, cepat tersinggung, serta hanya mikirin dirinya sendiri. Diri ini betul-betul merasa tak ada artinya.. Kuliah udah dibiayain tpi setelah luluss justru jadi pengangguran. Wadduuhh masalahnya ko jadi semakin gaswat yaaa.. klo udah kaya gini trus apa yang masih bisa dilakukan?? Nangiss?? Meratapi diri?? atau Memperbaiki diri?? 
Trus kenapa MINDER ITU NIKMAT?? Rasanya dari pengalaman penulis sendiri yang namanya MINDER sama sekali nggak ada bagus-bagusnyaa... Eeeeiits jangan kecewa dulu doong, buku ini tidak hanya seputar pengalaman pribadi penulisnya saja, tapi juga mengupas secara tuntas tas tas tass.. mulai dari dampak (-) dan (+) dari minder, tips jitu mengatasi keminderan diri , dan dibalik semua itu.. ternyata MINDER ITU NIKMAT. Penasaaaraan bukan?? Akan kelanjutan kisahnya.. dan bagaimanakah perjuangan penulis menghilangkan keminderannya ituu?? Apa pula tips jitu dan hikmah yang penulis dapatkan dari pengalamannya ini?? 
Oh yaaa ada sebuah tanslate lirik lagu nih, ini adalah lagu penyemangat penulis.. Jujur aja saat pertama membacanya, saya langsung sukaaa karna pesan yang tersirat dalam lagu tersebut.. rasanya akan terasa lengkap kalo ada lagu ini ...:)
Stay the Same (Tetap Sama)
_Joey Mcintyre_
Jangan kamu berharap menjadi orang lain
Kamu adalah kamu
Kamu seutuhnya
Jangan katakan kalau kamu tidak suka diri kamu
Jika kamu belajar mencintai diri kamu
Kamu akan menjadi lebih baik
Dan saya berharap kamu tetap sama
Karena tidak ada dalam diri kamu yang perlu diubah
Saya rasa kamu bisa menjadi
Apapun yang kamu inginkan
Jika kamu bisa menyadari
Semua mimpi yang ada dalam diri kamu
Jangan takut
Kamu punya sesuatu yang bisa dikatakan
Bukalah hati kamu dan biarkan dia menunjukkan caranya
Percayalah pada diri kamu
Raih sedalam-dalamnya
Cinta yang kamu temukan akan membebaskan kamu
Percayalah pada diri kamu
Kamu akan menjadi lebih hidup
Yakinlah akan apa yang kamu kerjakan
Kamu akan mencapainya

Kelebihan :
Pesan yang ada dalam buku ini disampaikan dengan kata-kata yang ringan, sederhana, komunikatif dan nggak bikin bete. Ketika membacanya,  pembaca seakan-akan diajak untuk berimajinasi mengenai alur cerita tersebut sehingga perasaan penulis yang diungkapkan melalui gaya bahasanya dalam setiap kalimat tersampaikan dengan baik pada pembaca. Solusi yang ada untuk mengatasi virus minder ini, cocok bila dijadikan rujukan karena dilihat berdasarkan dua sudut pandang, pertama dari penulis dan kedua tentu saja dari ahlinya langsung yaitu seorang psikolog.
Kekurangan :
Bab berikutnya berkaitan dengan bab sebelumnya, sehingga ketika hendak membacanya sebaiknya berurutan.

Cover buku tersebut adalah terbitan tahun 2008 karena setelah browsing tidak ketemu cover bukunya yang tahun 2006  jadinya saya memakai cover tersebut.