A.
PENGERTIAN STRESS MENURUT PARA AHLI
Menurut Lazarus & Folkman (1986) stres adalah keadaan
internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi
lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali
atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya. Stres juga adalah suatu
keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis ( Chapplin, 1999). Stres
juga diterangkan sebagai suatu istilah yang digunakan dalam ilmu perilaku dan
ilmu alam untuk mengindikasikan situasi atau kondisi fisik, biologis dan
psikologis organisme yang memberikan tekanan kepada organisme itu sehingga ia
berada diatas ambang batas kekuatan adaptifnya. (McGrath, dan Wedford dalam
Arend dkk, 1997).
B.
PENGERTIAN COPING MENURUT PARA AHLI
Colman (2001) coping adalah proses dimana seseorang mencoba untuk
mengatur perbedaan yang diterima antara demands dan resources yang
dinilai dalam suatu keadaan yang stressful.
Lazarus & Folkman (1986) mendefenisikan coping sebagai
segala usaha untuk mengurangi stres, yang merupakan proses pengaturan atau
tuntutan (eksternal maupun internal) yang dinilai sebagai beban yang melampaui
kemampuan seseorang.
Sarafino (2006) menambahkan
bahwa coping adalah proses dimana individu melakukan usaha untuk
mengatur (management) situasi yang dipersepsikan adanya kesenjangan
antara usaha (demands) dan kemampuan (resources) yang dinilai
sebagai penyebab munculnya situasi stres. Aafino (2006) usaha coping sangat
bervariasi dan tidak selalu dapat membawa pada solusi dari suatu masalah yang
menimbulkan situasi stres. Individu melakukan proses coping terhadap
stres melalui proses transaksi dengan lingkungan, secara perilaku dan kognitif.
C.
JENIS STRATEGI COPING
Lazarus, Folkman, dan rekannya (dalam Sarafino, 1998) telah menyebutkan beberapa strategi coping yang bias dikelompokkan kedalam kelompok :
1.
emotion focused coping
Coping ini merupakan bentuk coping yang lebih memfokuskan pada masalah emosi. Bentuk coping ini lebih melibatkan pikiran dan tindakan yang ditunjukan untuk mengatasi perasaan yang menekan akibat dari situasi stres. Emotion focused coping, terdiri dari usaha yang diambil untuk mengatur dan mengurangi emosi stress penggunaan mekanisme yang dapat menghindarkan dirinya dari berhadapan dengan stressor.
a) Distancing.
Individu mencoba membuat suatu pola pemikiran (berpikir) yang lebih positif terhadap masalah yang dihadapinya.
Individu bias mencoba ertingkah laku seakan-akan tidak pernah terjadi apapun. Individu mencoba untuk tidak terlalu
terpengaruh dengan cara tidak terlalu memikirkan masalahnya. Carver, Scheier dan
Weintraub (dalam Sarafino, 1998) menyebut bicara coping sebagai suatu usaha individu untuk menyangkal (denial) bahwa dirinya dihadapkan pada suatu
masalah.
b) Escape- avoidance.
Individu menghindari untuk menghadapi
masalah yang dihadapinya. Contohnya, individu berkhayal bahwa akan ada suatu keajaiban yang bisa membuat masalahnya selesai. Biasanya individu mengambil tindakan pengalihan perhatian yang negatif (menghindar) terhadap masalahnya dengan tidur terus menerus, keluar rumah, lebih sering menonton televisi, merokok atau minum- minuman beralkohol.
c) Self control.
Individu mencoba untuk mengatur emosinya supaya tidak diketahui oleh orang lain dan mengatur tindakannya dalam menghadapi masalahnya.
d) Accepting responsibility.
Individu menyadari perannya sebagai salah satu penyebab dari masalah yang dihadapinya dan mencoba mengambil tindakan yang tepat untuk menyelesaikan
masalah. Individu merasa bertanggung jawab atas munculnya masalah tersebut.
e) Positive repprasial.
Individu berusaha mengambil sisi positif dari permasalahan yang dihadapinya yang dapat membantu pertumbuhan pribadinya.
2. Problem Focused Coping.
Coping ini
bertujuan untuk mengurangi dampak dari situasi stres atau memperbesar sumber daya
dan usaha untuk menghadapi stres. Lazarus dan Folkman (1986) mengemukakan bahwa
individu cenderung menggunakan Problem Focused Coping ketika individu
memiliki persepsi bahwa stressor yang ada dapat diubah
Menurut Carver, Scheiver dan Weintraub (dalam Triyani Harika, 2000) Dalam penelitiannya telah menyebutkan beberapa strategi coping yang bias dikelompokan ke dalam kelompok problem focused coping, yaitu
a) Active coping
Proses mengambil langkah aktif untuk mencoba menghilangkan stressor atau untuk meringankan dampaknya.
b) Planning
memikirkan bagaimana cara untuk mengatasi stressor. Termasuk didalamya adalah memikirkan suatu strategi untuk bertindak, langkah-langkah apa yang harus diambil dan bagaimana cara paling baik untuk mengatasi masalah.
c) Restraint coping
menunggu sampai adanya kesempatan yang tepat untuk bertindak sebelum waktunya. Coping ini dapat dilihat sebagai strategi yang aktif dalam arti tingkah lakunya dilakukan untuk mengatasi stressor, namun juga dapat dilihat secara pasif karena dalam strategi ini individu tidak melakukan tindakan apapun.
d) Seeking social support for instrumental reasons
mencari nasihat, bantuan atau informasi.
e) Suppressing of competing activites.
Salah satu bentuk coping yang di fokuskan pada masalah adalah individu berusaha membatasi ruang gerak/aktifitas dirinya yang tidak berhubungan dengan masalah. Dalam hal ini individu mengurangi keterlibatannya dalam kegiatan lain yang juga membutuhkan perhatian untuk dapat berkonsentrasi penuh pada tantangan manapun ancaman yang dialaminya. Yang juga termasuk dalam jenis coping Ini adalah perilaku mengabaikan masalah lain untuk menghadapi sumber stres.
D. TEORI KEPRIBADIAN SEHAT MENURUT
ALLPORT
I.
Pengertian Kepribadian
Definisi komprehensif Allport atas kepribadian memberikan gagasan bahwa manusia adalah
produk dan proses; manusia mempunyai struktur terorganisasi, sementara pada
saat bersamaan mereka memproses kemampuan untuk berubah. Kesimpulannya
kepribadian adalah substansi dan perubahan, produk dan proses, serta struktur
dan perkembangan
II.
Karakteristik Pribadi Sehat
Allport (1961) mengidentifikasi
enam kriteria kepribadian yang matang :
1. Perluasan Perasaan Diri
Pribadi
yang matang dapat mengidentifikasi diri serta berpartisipasi pada aktivitas
yang tidak terpusat pada diri mereka saja. Mereka mengembangkan minat yang
tidak egosentris dalam pekerjaan, permainan, dan rekreasi.
2. Hubungan Diri yang Hangat
dengan Orang-orang Lain
Mereka
ini yang sehat secara psikologis memperlakukan orang lain dengan rasa hormat,
serta menyadari bahwa kebutuhan, keinginan, dan harapan orang lain merupakan
hal yang tidak sepenuhnya asing dengan milik mereka sendiri. Hubungan yang
hangat sangat bergantung pada kemampuan seseorang untuk memperluas perasaan
diri mereka.
3. Keamanan Emosional atau
Penerimaan Diri
Manusia yang sehat secara
psikologis tentu memiliki keseimbangan emosional, mereka menerima dirinya apa
adanya dan tidak terlalu bersedih pada hal yang tidak berjalan sesuai dengan
yang mereka rencanakan. Mereka menyadari kesedihan, frustasi merupakan bagian
dari hidup.
4. Persepsi Realistis
Orang-orang yang sehat memandang
dunia mereka secara objektif. Mereka menerima realita sebagaimana adanya. Sebaliknya orang yang neurotis kerapkali harus
mengubah realitas supaya membuatnya sesuai dengan keinginan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan,
dan ketakutan-ketakutan mereka sendiri.
5. Insight dan Humor
Allport
(1961) yakin bahwa insight dan humor sangat berhubungan serta mungkin merupakan
aspek dari hal yang sama yaitu pemahaman diri. Pribadi yang matang mengenal
dirinya sendiri, sehingga tidak mempunyai kebutuhan untuk mengatribusi
kesalahan dan kelemahan pada orang lain.
6. Filosofi Kehidupan yang
Integral
Filosofi
kehidupan yang integral dapat berupa sesuatu yang bersifat religius atau tidak,
tetapi dalam tahap personal, Allport (1954,1963) bahwa orientasi religius yang
matang merupakan komposisi yang penting dalam kehidupan pribadi yang sangat
matang.
E. TEORI
KEPRIBADIAN SEHAT MENURUT ROGERS
Carl Rogers mengembangkan teori kepribadian humanistik
yang tumbuh dari pengalamannya sebagai praktisi psikoterapi. Teori Rogers
merupakan teori yang berpusat pada pribadi. Beberapa aspek yang dibahas dalam
teori yang berpusat pada pribadi :
1. Asumsi Dasar
·
Kecenderungan Formatif
Rogers (1978, 1980) bahwa setiap hal baik organik ataupun tidak, untuk
berevolusi dari bentuk yang sederhana menjadi bentuk yang kompleks.
·
Kecenderungan Aktualisasi
Kebutuhan untuk menjadi lebih
baik, untuk berkembang, dan meraih perubahan.
2. Diri dan Aktualisasi Diri
·
Konsep Diri
Semua aspek dalam keberadaan
dan pengalaman seseorang yang disadari oleh individu.
·
Diri Ideal
Pandangan seseorang atas diri
sebagaimana yang diharapkannya.
3. Kesadaran
·
Tingkat
Kesadaran
Rogers (1959) menemukan 3 tingkat kesadaran: beberapa pengalaman yang
dialami di bawah batas kesadaran biasanya diabaikan, pengalaman akan
disimbolisasikan secara akurat, dan pengalaman yang diterima dalam bentuk
terdistorsi.
·
Penyangkalan Atas Pengalaman Positif
4. Menjadi Seorang Manusia
Rogers (1959) yakin bahwa menerima penghargaan positif dari orang lain
diperlukan dalam memberikan penghargaan positif pada diri sendiri, namun saat
penghargaan positif terhadap diri sudah terbangun, hal tersebut menjadi
independen dari kebutuhan untuk terus dicintai.
5. Hambatan Pada Kesehatan Psikologis
Penghargaan bersyarat, inkongruensi, sikap defensif, disorganisasi.
Referensi
Feist, Jess., Greogory J.Feist. (2011). Psikologi
Kepribadian edisi 7. Jakarta: Salemba Humanika.